Total Tayangan Halaman

Minggu, 06 Juni 2010

PENGAMATAN PROSES PENGKARATAN BESI

DALAM MEDIUM AGAR-AGAR

DENGAN REAKSI OKSIDASI REDUKSI

Elisa Yuliana, Julia Rahmawati, Siti Fatimah, Deny Hindriatna, Irwanto

Jurusan KIMIA FST Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta


ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan untuk mengamati perubahan/perkaratan besi dengan mengamati proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada besi. Karakterisasi kimia-fisik yang diamati yaitu timbulnya korosi pada besi dengan menambahkan larutan asam, basa, dan garam pada sebuah media yaitu agar-agar. Paku dengan berbagai jenis diletakkan diatas media agar-agar dan ditetesi berbagai larutan. Kemudian diamati perubahan yang terjadi dan waktu pengamatan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa paku cepat mengalami korosi dalam larutan NaCl, K3(Fe(CN)6) dan fenolftalein dalam waktu kurang dari 30 menit. Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material logam peralatan – peralatan industri diperlukan melalui pengamatan dengan melihat ciri khas jenis-jenis berpengaruh terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan alir, pH dan kadar oksigen memberikan batasan kondisi korosi microbiological yang terjadi.

Kata Kunci : Korosi, besi, paku

ABSTRACT

Done effort to watch closely change/rust iron with watch closely oxidation process and rediction that in iron. characterization chemical-phisics that watched that is incidence rust in iron with add sour solution, alkali, and salt in a media that is jelly. Nail with various kind is put on jelly media and drop it various solution. Then watched change that and observation time.

Watchfulness result demoes that fast nail experiences korosi in solution NaCl, K3(Fe(CN)6) and fenolftalein during less than 30 minutes. Identification the happening of korosi microbiology in device metal materials - industrial device is need to pass observation with see influential kinds individuality the happening of korosi that is temperature, speed emits, ph and oxygen degree gives condition limitation korosi microbiological that.

Keyword: rust, iron, nail

PENDAHULUAN


Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:

  • Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar,
  • Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
  • Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.

Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.

MIKROBA KOROSI

Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :


1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen

2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen

3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi.

4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen

Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun1980 dan berlanjut hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut. Penulisan ini ditujukan untuk sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku indutriawan, dosen dan pendidik secara khususnya dan orang-orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan tanah di sekitar kita.

Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan mempunyai beberapa variable yaitu :
1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat

meningkatkan laju korosi tergantung

karakteristik mikroorganisme yang

mempunyai suhu

optimum untuk tumbuh yang
2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm

rendah akan mudah terganggu sedangkan

kecepatan alir tinggi menyebabkan lapisan

lebih tipis dan padat
3. pH, umumnya pH bulk air dapat

mempengaruhi metabolism

mikroorganisme

4. Kadar Oksigen, banyak bakteri

membutuhkan O2 untuk tumbuh, namun

pada Organisme fakultatif jika O2

berkurang maka dengan cepat bakteri ini

mengubah metabolismenya menjadi bakteri

anaerob
5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar

endapan padatan rendah, padatan ini

menciptakan keadaan di permukaan untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.

KOROSI

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang sistim elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan oksigen.

PENYEBAB KOROSI

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.

Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara. Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila dibakar berubah menjadi oksida belerang.

Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4).

Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi tidak dapat dihindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik.

Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.

MEKANISME KOROSI

Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia melibatkan reaksi anodik di daerah anodik. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada proses korosi logam yaitu :

M --> Mn+ + ne

Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion (n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :

Fe-->Fe2+ + 2e

Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi katodik diindikasikan melalui penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik. Reaksi katodik terletak di daerah katoda. Beberapa jenis reaksi katodik yang terjadi selama proses korosi logam yaitu :

Pelepasan gas hydrogen :

2H- + 2e --> H2

Reduksi oksigen :

O2+4H-+ 4e --> H2OO2 + H2O4 --> 4OH-

Reduksi ion logam :

Fe3++ e --> Fe2+

Pengendapan logam :

3Na+ + 3 e --> 3 Na

Reduksi ion hydrogen :

O2 + 4H+ + 4 e --> 2H2OO2+ 2H2O + 4e --> 4OH-

Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam larutan terbuka. Reaksi korosi tersebut sebagai berikut : NaCl.H2O 2 Fe + O2 -------------------> Fe2O3

KLASIFIKASI KOROSI

Korosi Atmosferik.

Tanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi atmosferik, misalnya karat pada pagar, mobil, atau peralatan rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasil interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara, dan diperparah dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam yang terkandung di udara. Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat dikategorikan menjadi :
1. Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya mengandung sedikit polutan, dan lebih banyak dipengaruhi oleh embun, oksigen dan CO2. Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dan sedikit aktivitas industri.

2. Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan dengan polutan yang dihasilkan oleh industri, seperti SO2, klorida, phospat dan nitrat. Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif, karena atmosfernya mengandung partikel klorida yang bersifat agresif dann mempercepat laju korosi. Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan produksi, kilang minyak, tangki timbun, sistem perpipaan, kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung polutan-polutan yang korosif berupa sulfur dan klorida, sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan korosi atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja, misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos, atau tangga tangki timbun yang berkarat.

Mekanisme Korosi Atmosferik Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari pengembunan uap air di permukaan logam yang membentuk lapisan tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini kemudian melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara ambien, dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya reaksi korosi.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik Korosi atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal, sehingga tidak ada dua tempat di dunia ini yang memiliki karakteristik korosi atmosferik yang sama satu dengan yang lain. Parameter atmosfer yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah kelembaban udara relatif, temperatur, curah hujan, arah dan kecepatan angin, serta kandungan polutan dalam udara ambien. Polutan yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik adalah SO2 dan ion klorida, sehingga kadar SO2 dan salinitas udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai basis dalam menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu lokasi/lingkungan berdasarkan ISO 9223. SO2 berasal dari polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di permukaan logam akan membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan mempercepat laju korosi atmosferik.

Ion klorida dalam salinitas udara akan terlarut pada lapisan tipis air di permukaan air dan kemudian menyerang logam, sehingga efeknya adalah peningkatan laju korosi di permukaan logam. Apabila suatu lingkungan memiliki kadar SO2 dan ion klorida sangat tinggi, seperti daerah industri di tepi laut, maka dapat diperkirakan daerah tersebut akan memiliki karakter atmosfer dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi.

PENANGGULANGAN KOROSI

Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh karena itu untuk melindungi logam digunakan banyak cara, yang semuanya ditujukan agar logam tidak cepat rusak karena korosi. Kerusakan karena korosi bisa mencapai 1000 kali lipat lebih cepat pada logam dibandingkan karena pengaruh yang lain. Karena itu timbul berbagai penelitian untuk melindungi logam ini dari pengaruh korosi, dari cara cara yang sederhana seperti hanya dengan melapis permukaan logam dengan mengecat sampai cara cara yang paling modern dengan membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi. Cara cara penanggulangan korosi antara lain:

1.Melapis permukaan logam dengan cat.

2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau Electroplating.

3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti Anodizing Plant.

4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.

5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.

Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing mempunyai keunggulan dan kekurangan. Melapis logam dengan cat merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi paling cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan adalah cara yang paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya paling bagus. Logam paduan juga ditujukan untuk hal hal lain seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang keras tapi getas seperti baja dan sebagainya.

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industri.

Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian pekerjaan yang terpadu, antara lain:

1. Perancangan geometris alat atau benda kerja

2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan

lingkungan

3. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk

mengisolasi bahan dari lingkungan, atau

coating
4.
Pemberian bahan kimia pada media

mengalir yang dapat menghambat korosi,

atau inhibisi

5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif

ke badan benda kerja agar terhindar dari

reaksi oksidasi oleh lingkungan

6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya

proteksi yang dilakukan

7. Pemeliharaan kebersihan.

Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat dilakukan melalui pengendalian lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalah korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan. Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik. Pengendalian laju korosi melalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara dan pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkin dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya pengendalian korosi ini harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian alat, mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik, antara lain adalah :

· Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran, penguapan serta pelepasan ke lingkungan dapat dihindari.

· Pengecekan bejana penyimpan bahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanya kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk menghindari efek yang lebih luas.

· Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk ketertiban dan kebersihan dalam perusahaan.

· Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan yang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan korosi.

· Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu disimpan di ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat terlepasnya bahan-bahan korosif ke lingkungan.

· Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.


MATERI DAN METODE

Bahan

Sampel

Waktu

10 menit

30 menit

1 jam

2 jam

24 jam

A

-

-

-

-

ü

B

-

-

-

ü

ü

C

-

-

-

ü

ü

D

-

-

ü

ü

ü

E

-

ü

ü

ü

ü

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah agar agar Swallow Brow dan paku dengan berbagai jenis. Seperti paku payung, payu kecil, paku besar, paku beton, dan lain lain sebanyak 10 sampel. Bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain larutan NaCl 0.1 M, K3(Fe(CN)6) 1M dan fenolftalein.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah gelas piala 250 ml, cawan petri, penangas air, pipet tetes, gelas ukur 10 ml, aquadest, dan stopwatch.

Cara Kerja

Preparasi Sampel

5 jenis macam paku dibersihkan, dicuci dengan aquadest dan dikeringkan dengan lap/tissue.

1 bungkus agar-agar dipanaskan dalam gelas beaker 250 ml pada penangas air selama 5 menit kemudian dimasukkan ke dalam 5 cawan petri yang masing-masing berisi:

Cawan petri A : agar-agar

Cawan petri B : agar-agar dan NaCl

Cawan petri C : agar-agar dan K3(Fe(CN6))

Cawan petri D : agar-agar, NaCl, dan K3(Fe(CN6))

Cawan petri E: agar-agar, NaCl, dan K3(Fe(CN6)), penolptalein

Kemudian masing-masing cawan petri dimasukkan sampel paku yang berbeda-beda. Sampel didiamkan beberapa menit diruangan terbuka sampai terjadi timbulnya karat.

Amati dan catat perubahan yang terjadi selama 30 menit, 1 jam, 2 jam, dan 24 jam

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Hasil Pengamatan

ü : terbentuk korosi

- : tidak terbentuk korosi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, setiap perlakuan terhadap besi menyebabkan pengaratan besi. Pada cawan no 1 yang hanya berisi agar-agar dan cawan no 2 yang berisi agar-agar + NaCl, reaksi pengkaratan besi berlangsung sangat lama. Dalam kurun waktu 1 minggu, karat terbentuk disekitar paku dengan berwarna kuning muda. Warna kuning muda ini menandakan bahwa besi yang terkandung dalam paku dioksidasi menjadi Fe3+. Dalam larutan, ion Fe3+ berwarna kuning muda.

Pada cawan no 3, yang berisi agar-agar + K4[Fe(CN)6], dan no 4, yang berisi agar-agar + K4[Fe(CN)6] + NaCl, terbentuk warna biru yang dominan dibagian kepala paku. warna biru ini merupakan kompleks berwarna dari reaksi besi dengan [Fe(CN)6]4+. Reaksi ini menandakan bahwa dibagian ujung kepala paku terjadi reaksi oksidasi dari Fe menjadi Fe3+. Ion Fe3+ membentuk kompleks pewarnaan biru prusia saat bereaksi dengan [Fe(CN)6]4+.

Cawan no 5 dengan campuran K4[Fe(CN)6] + NaCl + indicator PP dengan medium agar-agar menghasilkan karat tercepat. Karat yang dihasilkan dapat diamati dari terbentuknya warna ungu tua disekeliling paku. Warna ungu tua ini disebabkan oleh reaksi besi (Fe) dalam kandungan paku dengan anion [Fe(CN)6]4+ yang menyebabkan terbentuk kompleks Fe4[Fe(CN)6]3 yang berwarna biru prusia. Karena medium agar-agar yang digunakan berwarna merah muda, maka karat yang dihasilkan tampak berwana ungu tua. Terbentuknya kompleks berwarna ini menandakan terjadinya reaksi oksidasi pada paku. paku yang mengandung besi dioksidasi menjadi Fe3+ yang kemudian membentuk kompleks berwarna biru prus



Gambar 1. Gambar Hasil Percobaan

Sample

10 menit

30 menit

1 jam

24 jam

*Cawan I:

1. agar-agar

2. paku

*Cawan II:

1. agar-agar

2. NaCl

3. Paku

*Cawan III:

1. agar-agar

2. K4[Fe(CN)6]

3. Paku

*Cawan IV:

1. agar-agar

2. NaCl

3. K4[Fe(CN)6]

4. Paku

*Cawan V:

1. agar-agar

2. NaCl

3. K4[Fe(CN)6]

4. fenoftalin

5. Paku


SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan, sebagai berikut : Pada setiap perlakuan uji terjadi proses pengkaratan pada paku dengan perlakuan yang berbeda. . Dimana agar-agar yang digunakan dalam proses ini adalah sebagai mediumnya. Dalam percobaan factor-faktor yang menyebabkan paku tersebut menimbulkan reaksi pengkaratan diantaranya adalah: 1) kelembapan udara (direndam dalam agar-agar) , 2) larutan elektrolit (NaCl), 3) lapisan pada permukaan logam sehingga Fe teroksidasi menjadi Fe3+.

Umumya pada 10 menit pertama pada semua cawan tidak menimbulkan perubahan apa-apa, hanya saja pada cawan terakhir sudah mulai terlihat adanya perubahan. Baru pada saat proses tersebut berjalan hampir selama 24 jam bahkan sampai 1 minggu, semua sample sudah menimbulkan reaksi perkaratan dengan jenis dan warna pengkaratan yang

berbeda-beda yang dapat dilihat pada hasil pengamatan.

Yang paling cepat mrngalami perkaratan dari semua sample adalah cawan no. 5 yang membentuk kompleks Fe4[Fe(CN)6]3 yang perlakuannya ditambahakan campuran K4[Fe(CN)6] + NaCl + indicator PP.

Saran

Perlu ditambahkan larutan sample yang lebih banyak agar visual hasil percobaan dapat terlihat dengan jelas. Pda proses pengamatan sebaiknya dilakukan tepat waktu sehingga dapat diperhatikan benar tahap-tahap perubahan yang terjadi pada pada pengkaratan besi

DAFTAR PUSTAKA

SSvehla. G. 1979. Vogel: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT. Kalman Media Pusaka : Jakarta

Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996), “Mekanisme Proteksi Katodik dan Kriteria Proteksi”, Diklat Proteksi Katodik, Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung